Profil Desa Galuhtimur

Ketahui informasi secara rinci Desa Galuhtimur mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Galuhtimur

Tentang Kami

Desa Galuhtimur di Kecamatan Tonjong, Brebes, bertransformasi menjadi destinasi geo-budaya unggulan sebagai "Kampung Purba". Dengan potensi situs fosil purbakala, kekayaan agraris seperti melinjo, dan inovasi batik motif purba, desa ini memadukan warisan

  • Pusat Warisan Purbakala

    Galuhtimur merupakan lokasi penemuan fosil purbakala penting yang usianya diperkirakan lebih tua dari situs Sangiran, menjadikannya pusat penelitian dan pengembangan wisata "Kampung Purba"

  • Ekonomi Agraris dan Migrasi

    Perekonomian desa ditopang oleh sektor pertanian, khususnya komoditas melinjo, buah-buahan, dan palawija, serta didukung oleh kontribusi signifikan dari warganya yang bekerja di perantauan (migrant workers)

  • Inovasi Budaya dan Pemerintahan Progresif

    Pemerintah desa aktif mengembangkan potensi lokal melalui inovasi seperti "Batik Poerba" yang terinspirasi dari temuan fosil, serta fokus pada peningkatan layanan publik dan infrastruktur untuk mendukung pariwisata

Pasang Disini

Terletak di antara perbukitan yang subur di selatan Kabupaten Brebes, Desa Galuhtimur, Kecamatan Tonjong, kini menjadi sorotan utama. Desa yang sebelumnya dikenal sebagai lumbung agraris dan pemasok tenaga kerja urban, kini menyingkap identitas barunya yang luar biasa sebagai "Kampung Purba". Penemuan fosil-fosil purbakala yang signifikan secara ilmiah telah membuka babak baru, memposisikan Galuhtimur sebagai destinasi geo-wisata dan pusat penelitian yang berpotensi mengubah lanskap ekonomi dan sosial di kawasan tersebut. Dengan pemerintahan yang proaktif dan masyarakat yang berdaya, Galuhtimur secara cermat memadukan kekayaan sejarah, potensi pertanian dan inovasi budaya untuk membangun masa depan yang berkelanjutan.

Desa ini tidak hanya menawarkan cerita masa lalu, tetapi juga menjadi contoh bagaimana warisan dapat dikelola menjadi kekuatan ekonomi. Di bawah kepemimpinan pemerintah desa saat ini, potensi tersebut mulai digarap secara serius, didukung oleh pemerintah daerah dan lembaga riset nasional. Inisiatif ini menandai langkah strategis Galuhtimur dari desa agraris konvensional menjadi sebuah entitas desa yang dinamis, berwawasan ke depan, dan siap menyambut dunia.

Geografi dan Demografi: Tanah Subur di Jalur Sejarah

Secara administratif, Desa Galuhtimur terletak di Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Wilayahnya merupakan yang terluas di seantero kecamatan, mencakup area seluas 1.364 hektar atau 13,64 kilometer persegi. Topografi desa ini didominasi oleh perbukitan bergelombang dan lahan darat yang subur, dengan sebagian kecil merupakan area persawahan, yang sebagian besarnya ialah sawah tadah hujan.

Batas-batas wilayah Desa Galuhtimur secara langsung bersinggungan dengan beberapa desa strategis lainnya. Di sebelah timur, desa ini berbatasan dengan Desa Linggapura. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kalinusu (Kecamatan Bumiayu) dan Desa Pengarasan (Kecamatan Bantarkawung). Di sisi selatan, wilayahnya bersebelahan dengan Desa Kalijurang, sementara di sebelah utara berbatasan dengan Desa Tonjong dan Desa Kutamendala. Letak ini menjadikannya sebagai salah-satu jalur perlintasan penting di antara beberapa kecamatan.

Berdasarkan data kependudukan dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Brebes pada tahun 2023, jumlah penduduk Desa Galuhtimur tercatat sebanyak 8.831 jiwa. Angka ini terdiri dari 4.511 penduduk laki-laki dan 4.320 penduduk perempuan. Dengan luas wilayah yang ada, kepadatan penduduk desa ini mencapai sekitar 647 jiwa per kilometer persegi. Komposisi penduduk tersebar di sembilan pedukuhan (dusun) utama, yakni Galuh Timur 1, Sabrang Kulon, Karangasem, Kalipucung, Kalirai, Dukuh Tengah, Ketabasa, Makamdawa, dan Dukuh Tiong.

Pemerintahan Desa dan Pelayanan Publik

Roda pemerintahan di Desa Galuhtimur berjalan di bawah kepemimpinan Kepala Desa Sobandi. Pemerintahan desa menunjukkan komitmen yang kuat dalam mengoptimalkan potensi lokal, terutama dalam merespons status baru sebagai "Kampung Purba". Visi pembangunan tidak hanya berfokus pada administrasi rutin, tetapi juga pada inovasi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal ini tercermin dari upaya penataan kelembagaan dan peningkatan kapasitas aparatur desa.

Pada Januari 2025, sebagai bagian dari upaya penyegaran dan penguatan struktur, Pemerintah Desa Galuhtimur melantik dua perangkat desa baru. Teguh Setiaji, S.Pd., kini menjabat sebagai Kepala Dusun (Kadus) III, dan Muhammad Khanafi, S.M., menempati posisi Kepala Seksi (Kasi) Pelayanan. Pelantikan ini diharapkan dapat membawa energi baru untuk mempercepat realisasi program pembangunan dan meningkatkan efektivitas pelayanan publik.

Dalam sebuah kesempatan, Kepala Desa Sobandi menekankan pentingnya kerja sama solid antar perangkat desa. "Pastikan kebutuhan warga terlayani dengan baik dan terukur. Pelayanan publik ialah prioritas utama yang harus dijaga," ujarnya. Komitmen ini diperkuat oleh arahan dari Camat Tonjong, Lukman Hakim, yang mendorong para perangkat desa untuk menjaga loyalitas dan sinergi dalam menjalankan roda pemerintahan. Menurutnya, hal ini krusial untuk menghadapi dinamika dan ekspektasi masyarakat yang semakin tinggi.

Pemerintah desa, bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD), aktif menyusun rencana pembangunan melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes). Salah satu aspirasi yang mengemuka ialah usulan pembangunan jalan tembus yang akan menghubungkan Desa Galuhtimur dengan Desa Tonjong, sebuah langkah strategis untuk membuka aksesibilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi antar desa.

Potensi Ekonomi: Dari Emping Melinjo hingga Wisata Purbakala

Perekonomian Desa Galuhtimur secara tradisional bertumpu pada dua pilar utama: pertanian dan kontribusi dari para perantau. Lahan desa yang subur menghasilkan berbagai komoditas pertanian unggulan. Melinjo menjadi salah satu produk ikonik, yang diolah oleh masyarakat menjadi emping, sebuah industri rumahan yang telah lama menjadi sumber pendapatan. Selain itu, desa ini juga merupakan penghasil buah-buahan seperti mangga dan jambu mete, serta hasil bumi lainnya yang meliputi ubi-ubian, kacang tanah, dan jagung.

Di samping pertanian, sebagian besar angkatan kerja produktif desa memilih untuk merantau ke kota-kota besar, terutama Jakarta. Mereka bekerja di berbagai sektor informal dan formal, mulai dari konstruksi, transportasi, hingga jasa rumah tangga. Kiriman uang (remitansi) dari para perantau ini menjadi penopang penting bagi perputaran ekonomi di tingkat keluarga dan desa.

Namun potensi terbesar yang kini menjadi fokus utama pengembangan ialah sektor pariwisata berbasis sejarah dan ilmu pengetahuan. Ditetapkannya Galuhtimur sebagai "Kampung Purba" menjadi titik balik. Penemuan fosil manusia purba yang diperkirakan berusia 1,8 juta tahun bahkan disebut lebih tua dari temuan di Situs Sangiran menjadi daya tarik luar biasa. Penjabat (Pj) Bupati Brebes menyatakan bahwa warisan ini memiliki potensi besar untuk dikenal dunia.

Menindaklanjuti potensi tersebut, pemerintah berencana membangun sebuah museum purbakala di Galuhtimur. Upaya ini didukung oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang tengah bersiap melakukan penelitian arkeologi lebih lanjut. Kepala Desa Sobandi menyatakan, "Kami terus berbenah, termasuk menyiapkan sumber daya manusia yang siap mengelola dan memanfaatkan potensi yang kami miliki demi kesejahteraan masyarakat." Pengembangan ini diharapkan tidak hanya menarik wisatawan dan peneliti, tetapi juga memicu tumbuhnya ekonomi kreatif dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sekitarnya, seperti penjualan cenderamata, kuliner lokal, dan jasa pemandu wisata.

Pendidikan dan Kesehatan: Membangun Generasi Unggul

Kesadaran akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat di Desa Galuhtimur terus menunjukkan tren positif. Hal ini dibuktikan dengan ketersediaan fasilitas pendidikan formal yang cukup memadai di tingkat dasar. Desa ini menjadi rumah bagi beberapa lembaga pendidikan yang melayani kebutuhan warga dari usia dini hingga menengah pertama.

Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat beberapa Sekolah Dasar (SD) Negeri yang tersebar di beberapa dusun untuk memastikan akses yang merata, antara lain SD Negeri Galuhtimur 01 yang telah terakreditasi A, SD Negeri Galuhtimur 02, SD Negeri Galuhtimur 04, dan SD Negeri Dukuh Tengah. Keberadaan sekolah-sekolah ini menjadi fondasi penting bagi pembangunan sumber daya manusia di desa. Selain itu, terdapat pula lembaga pendidikan anak usia dini seperti Kelompok Bermain (KB) ASHLAH dan fasilitas pendidikan hingga jenjang SMP.

Di sektor kesehatan, akses terhadap layanan medis primer menjadi prioritas. Meskipun fasilitas kesehatan utama seperti Puskesmas rawat inap berlokasi di pusat kecamatan, yakni di Desa Tonjong, masyarakat Galuhtimur tetap mendapatkan layanan melalui sistem kesehatan yang terstruktur di tingkat desa. Layanan ini mencakup Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang secara rutin dilaksanakan di setiap dusun untuk memantau kesehatan ibu dan anak, serta keberadaan Bidan Desa yang siap memberikan pertolongan pertama dan pendampingan kesehatan bagi warga. Sinergi dengan Puskesmas Kecamatan Tonjong memastikan bahwa program-program kesehatan nasional seperti imunisasi dan penyuluhan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat di Galuhtimur.

Warisan Sosial Budaya: Jejak Sejarah dan Inovasi Kreatif

Galuhtimur menyimpan kekayaan sosial dan budaya yang mendalam, berakar dari jejak sejarah panjang yang membentuk identitasnya. Nama "Galuh" sendiri diyakini memiliki kaitan dengan Kerajaan Galuh Purba, sebuah entitas historis yang wilayah kekuasaannya diperkirakan mencakup sebagian besar Jawa Barat hingga Jawa Tengah. Keyakinan ini diperkuat dengan adanya sejumlah situs warisan budaya yang tersebar di wilayah desa.

Beberapa peninggalan penting yang menjadi saksi bisu perjalanan waktu di antaranya ialah Situs Gajahwong, Situs Kalipucung, dan Makam Dawa (Makam Panjang), yang masing-masing memiliki cerita dan nilai historis bagi masyarakat setempat. Selain itu, terdapat pula peninggalan arsitektur kolonial yang ikonik, yaitu Jembatan Kereta Api Kali Belang. Jembatan ini memiliki konstruksi yang unik dengan 22 tiang penyangga kokoh berbentuk tangga, sebuah desain yang jarang ditemui di Indonesia dan menjadi penanda kemajuan teknologi pada masanya.

Respon terhadap status "Kampung Purba" tidak hanya berhenti pada pengembangan fisik, tetapi juga melahirkan inovasi budaya yang cemerlang. Masyarakat Galuhtimur, melalui kelompok pengrajin lokal, berhasil mengembangkan "Batik Poerba". Motif-motif batik ini merupakan refleksi dari kearifan lokal (indigenous knowledge) yang terinspirasi langsung dari temuan fosil dan potensi alam sekitar. Beberapa motif utama yang telah diciptakan antara lain Gajah Poerba yang melambangkan kegagahan, Bunga Katarak yang merefleksikan keindahan alam, dan Gajah Wong (Ganesha) yang menyimbolkan kearifan. Inisiatif ini tidak hanya memperkaya warisan budaya, tetapi juga membuka peluang ekonomi kreatif baru yang memperkuat identitas sosial masyarakat Galuhtimur.

Infrastruktur: Membuka Akses Menuju Kemajuan

Pembangunan infrastruktur menjadi salah satu kunci utama untuk membuka isolasi relatif dan memaksimalkan potensi Desa Galuhtimur, terutama di sektor pariwisata dan ekonomi. Pemerintah desa bersama pemerintah kabupaten dan dukungan dari TNI telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas aksesibilitas jalan.

Salah satu program signifikan yang pernah menyentuh desa ini ialah program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Sengkuyung pada tahun 2018. Program tersebut berhasil membangun badan jalan sepanjang 1,2 kilometer dengan lebar 4 meter. Jalan ini menjadi akses vital menuju kawasan agrowisata dan peternakan terpadu di Dukuh Maribaya, yang secara tidak langsung juga membuka jalur menuju berbagai situs purbakala di Galuhtimur.

Kepala Desa Sobandi mengakui manfaat besar dari program tersebut dan berharap adanya kelanjutan, seperti TMMD Reguler, untuk meningkatkan kualitas jalan yang telah dibangun menjadi jalan cor atau aspal. Peningkatan kualitas jalan ini dipandang krusial, karena wisatawan yang hendak menuju Eduwisata Padang Penggembalaan Ternak akan melewati Galuhtimur. Jalan yang memadai akan menciptakan sebuah "link" atau tautan antar destinasi wisata, sehingga memberikan pengalaman yang lebih baik bagi pengunjung dan mendongkrak perekonomian di sepanjang jalur tersebut.

Inisiatif pembangunan terus berlanjut. Dalam forum Musrenbangdes terbaru, muncul usulan strategis untuk membangun jalan tembus yang menghubungkan Desa Galuhtimur dengan pusat kecamatan di Desa Tonjong. Jika terealisasi, proyek ini akan secara signifikan memangkas waktu tempuh, melancarkan distribusi hasil bumi, dan semakin membuka gerbang bagi wisatawan untuk datang dan menjelajahi kekayaan yang ditawarkan oleh Desa Galuhtimur.